MAKALAH KONFLIK DALAM KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI
DISUSUN OLEH :
Nama : Sulistiani
NPM : 01-18-157
Jurusan : Ilmu Komunikasi
Kelas : Reguler Sore
Semester : IV (empat)
Mata Kuliah : Komunikasi Antar Pribadi
Dosen Pengampu : Marleni, M.I.Kom
STISIPOL CANDRADIMUKA TAHUN AJARAN
2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Saya Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga saya dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang Konflik dalam Komunikasi Antar Pribadi
Dalam penyusunan makalah ini, saya banyak mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi semua itu bisa teratasi. Saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat saya harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua.
Penulis
Sulistiani
DAFTAR ISI
Daftar Isi................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................................
1.2 Rumusan Masalah................................................................................
1.3 Tujuan....................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian konflik dan timbulnya konflik............................................
2.2 Memperbaiki hubungan konflik antarpribadi......................................
2.3 Manajemen konflik komunikasi antar pribadi.....................................
2.4 Etika komunikasi antar pribadi............................................................
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan............................................................................................
3.2 Saran......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Menyandang predikat sebagai mahkluk sosial, manusia selalu terlibat dan berinteraksi dengan orang lain baik secara kelompok maupun secara personal. Dalam keterlibatannya dalam interaksi antar pribadi, manusia melakukan pertukaran pesan melalui berbagai macam simbol yang disepakati bersama dimana penggunaan pancaindra yang dimiliki dapat secara maksimal dan saling memberikan umpan balik. Komunikasi yang memang terjadi di dalam lingkup kecil (hanya antara 2-3 orang) ini memiliki pengaruh yang besar dalam perkembangan psikologis dan mutu hubungan kita dengan orang lain.
Pada dasarnya manusia selain sebagai individu juga merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri yang membutuhkan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya berinteraksi dimana ia akan berkomunikasi, menyampaikan kehendak, perasaan, dan gagasan atau ide yang dimilikinya. Kehidupan manusia ditandai dengan pergaulan di antara manusia dalam keluarga, lingkungan masyarakat, sekolah, tempat kerja, organisasi sosial dan lain sebagainya.
Tidak ada suatu yang lebih penting bagi sebagian besar orang selain berinteraksi dengan orang lain. Begitu pentingnya interaksi ini sehingga apabila tidak dilakukan dalam jangka waktu lama, akan menimbulkan depresi, kurang percaya diri dan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan dasar bagi kehidupan sehari-hari. Beberapa alasan umum tentang mengapa seseorang menjalin hubungan yaitu: mengurangi kesepian yang muncul ketika kebutuhan interaksi akrab tidak terpenuhi, menguatkan dorongan karena semua manusia membutuhkan dorongan semangat dan salah satu cara terbaik untuk mendapatkannya adalah dengan interaksi antar manusia, memperoleh pengetahuan tentang diri sendiri karena melalui interaksi seseorang akan melihat dirinya seperti orang lain melihatnya, memaksimalkan kesenangan dan meminimalkan rasa sakit dengan cara melalui berbagi rasa dengan orang lain. Tidak jarang konflik terjadi sebagai pelarian dari perasaan yang dirasakan untuk menjaga kehormatan diri, namun sayangnya itu sangat beresiko bagi hubungan antar pribadi. (Devito, 1996:245-246).
Berkomunikasi disetiap situasi itulah hal yang sering kita lakukan dan pasti kita lakukan. Karena manusia sebagai mahluk sosial tak luput dari komunikasi. Suatu proses penyampaian pesan dari sumber terhadap penerima pesan bisa melalui perantara atau media dengan adanya efek-efek atau timbal balik. Dalam konteks komunikasi beragam adanya salah satunya adalah Komunikasi Antar Pribadi. Dimana proses komunikasi yang terjadi antar individu-individu dan biasanya terjadi antara dua orang secara langsung.
Komunikasi antar pribadi adalah suatu proses komunikasi antara pribadi ataupun antar perorangan dan bersifat pribadi baik yang terjadi secara langsung (tanpa medium) maupun tidak langsung (melalui medium). Kegiatan-kegiatan seperti percakapan tatap muka (face to face communication), percakapan melalui telepon, surat menyurat pribadi, merupakan contoh-contoh komunikasi antar pribadi.
Komunikasi sendiri adalah proses penyesuaian yang terjadi hanya bila komunikator menggunakan sistem isyarat yang sama. Dengan itu, bagaimana kita untuk selalu mampu menyesesuaikan agar terciptanya kesamaan makna. Manusia selalu berkomunikasi dan berkomunikasi yang paling sering dilakukan adalah komunikasi antar pribadi maka, komunikasi sebagai perwujudan kesamaan akan makna perlu dipelajari sebagaimana salah satu karakteristik dari komunikasi antar pribadi itu sendiri adalah komunikasi antar pribadi sesuatu yang dipelajari. Karena semua orang pasti berkomunikasi namun, tidak semua orang memiliki skill dalam berkomunikasi.
Setiap hubungan antarpribadi mengandung unsur-unsur konflik, pertentangan pendapat atau perbedaan kepentingan. Konflik adalah situasi dimana tindakan salah satu pihak berakibat menghalangi, menghambat, atau mengganggu tindakan pihak lain. Konflik terjadi karena adanya interaksi yang disebut komunikasi. Hal ini berarti, bila kita ingin mengetahui konflik, kita harus mengetahui kemampuan dan perilaku komunikasi. Semua konflik mengandung komunikasi, tapi tidak semua konflik berakar pada komunikasi yang buruk. Konflik dalam hubungan antar pribadi tersebutyang akan menjadi kajian pada pembahasan dalam makalah ini, diharapkan mampumemberikan pengetahuan serta wawasan yang lebih memberikan referensi serta pengetahuan dalam berkomunikasi yang lebih baik dan lebih jauh lagi dalam perkembangan positif.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu pengertian konflik dan timbulnya konflik?
2. Bagaimana cara memperbaiki hubungan konflik antarpribadi?
3. Apa saja manajemen konflik komunikasi antar pribadi?
4. Apa itu etika komunikasi antar pribadi?
1.3 TUJUAN MASALAH
1. Mengetahui apa yang dimaksud konflik dan timbulnya konflik.
2. Mengetahui bagaimana cara memperbaiki hubungan konflik antarpribadi.
3. Mengetahui apa saja manajemen konflik komunikasi antar pribadi.
4. Mengetahui apa yang dimaksud etika komunikasi antar pribadi.
BAB II
PEMBAHASAN
Komunikasi antar pribadi bersifat transaksional, sebuah hubungan antar manusia yang saling mempengaruhi satu dengan yang lain. Hubungan antar pribadi yang berkelanjutan dan terus menerus akan memberikan semangat, saling merespon tanpa adanya manipulasi, tidak hanya tentang menang atau kalah dalam beragumentasi melainkan tentang pengertian dan penerimaan. (Beebe,2008:3)Konflik yang terjadi pada komunikasi antar pribadi biasanya terjadi karena adanya kesalahpahaman yang kebanyakan terjadi dari hal-hal yang kecil. Pengelolaan konflik dalam komunikasi antar pribadi diperlukan untuk membuat efek dari konflik tersebut memberikan manfaat bagi yang menjalani komunikasi antar pribadi itu sendiri. Karena pada dasarnya efek konflik bisa dikategorikan menjadi dua, efek positif dan negatif. Efek positif konflik bisa meningkatkan kohesivitas dan kualitas komunikasi antar pribadi itu sendiri. Sedangkan efek negatifnya, jika konflik tidak dikelola dengan baik membuat konflik tersebut mengalami degradasi dan akhirnya hubungan yang terjalin berakhir.
2.1 PENGERTIAN KONFLIK DAN TIMBULNYA KONFLIK
Konflik berasal dari bahasa latin, confligere yang berarti benturan. Dalam kamus the Collins Consice (1988:235) disebutkankan bahwa konflik adalah “a Struggle between opposing forces.” Selain itu konflik juga diartikan sebagai “opposition between ideas, andlor interests.” Dengan demikian menurut kamus tersebut konflik bisa berupa fisik bisa pula berbentuk wacana. Senada dengan ta’arif tadi, The Macquire Dictonary memberikan ta’arifnya tentang konflik sebagai “to come into collision; clash, or be in opposition or at variance” (Ahmad Gunaryo, 2007: 31).
Setiap hubungan antarpribadi mengandung unsur-unsur konflik, pertentangan pendapat, atau perbedaan kepentingan. Yang dimaksud konflik adalah situasi di mana tindakan salah satu pihak berakibat menghalangi, menghambat atau mengganggu tindakan pihak lain (Johnson, 1981). Robbins (1996) dalam “Organization Behavior” menjelaskan bahwa konflik adalah suatu proses interaksi yang terjadi akibat adanya ketidaksesuaian antara dua pendapat (sudut pandang) yang berpengaruh atas pihak-pihak yang terlibat baik pengaruh positif maupun pengaruh negatif. Sedang menurut Luthans (1981) konflik adalah kondisi yang ditimbulkan oleh adanya kekuatan yang saling bertentangan. Kekuatan-kekuatan ini bersumber pada keinginan manusia.
Konflik terjadi karena adanya interaksi yang disebut komunikasi. Hal ini berarti, bila kita ingin mengetahui konflik, kita harus mengetahui kemampuan dan perilaku komunikasi. Semua konflik mengandung komunikasi, tapi tidak semua konflik berakar pada komunikasi yang buruk.
Konflik adalah perbedaan tujuan, harapan, kepentingan dan cara pandang yang mempengaruhi hubungan antara dua pihak atau lebih. Konflik merupakan fakta kehidupan yang terjadi terlepas dari apakah orang menginginkannya atau tidak. Konflik terjadi bila kelompok atau pihak-pihak berusaha mencapai tujuan-tujuan yang tidak sesuai atau bertentangan. Konflik melibatkan pemikiran, emosi (perasaan-perasaan), pemikiran dan tindakan (tingkah laku) orang-orang.
Konflik antara orang-orang adalah fakta kehidupan dan itu tidak selalu berarti buruk. Bahkan, hubungan dengan konflik sering mungkin lebih sehat dari satu konflik yang tidak diamati. Konflik terjadi pada semua tingkat interaksi di tempat kerja, di antara teman-teman, dalam keluarga dan hubungan antara mitra. Ketika konflik terjadi, hubungan dapat menjadi lemah atau diperkuat. Dengan demikian, konflik adalah peristiwa penting dalam perjalanan suatu hubungan. Konflik dapat menimbulkan kebencian, permusuhan dan mungkin akhir dari hubungan. Jika ditangani dengan baik, bagaimanapun, konflik dapat menjadi produktif mengarah ke pemahaman yang lebih dalam, saling menghormati dan kedekatan. Apakah hubungan itu sehat atau tidak sehat tidak banyak bergantung pada jumlah konflik antara peserta, tetapi pada bagaimana konflik diselesaikan.
Berbagai mitos tentang konflik dipahami berdasarkan dua sudut pandang, yaitu tradisional maupun kontemporer. Dalam pandangan tradisional, konflik dianggap sebagai sesuatu yang buruk yang harus dihindari. Bahkan sering kali konflik dikaitkan dengan kemarahan, agresivitas, pertentangan baik secara fisik maupun dengan kata-kata kasar. Sebaliknya, pandangan kontemporer mengenai konflik didasarkan pada anggapan bahwa konflik adalah sesuatu yang tidak dapat dielakkan sebagai konsekuensi logis interaksi manusia.
Menurut Myers, jika komunikasi adalah suatu proses transaksi, yang berupaya mempertemukan perbedaan individu secara bersama-sama untuk mencari kesamaan makna, maka dalam proses itu, pasti ada konflik. Konflik pun tidak hanya diungkapkan secara verbal tapi juga diungkapkan secara nonverbal seperti dalam bentuk raut muka, gerak badan, yang mengekspresikan pertentangan.
Para peneliti telah mengidentifikasi beberapa permasalahan yang biasanya muncul dalam situasi konflik. Pertama, para pihak hanya akan menghindari konflik. Hal ini dapat merusak, karena dapat mengakibatkan masalah yang lebih besar di masa mendatang. Biasanya individu-individu terbaik yang mendiskusikan perbedaan mereka. Kedua, individu yang terlibat dalam konflik mungkin menyalahkan individu lain. Seringkali, individu melampaui perilaku tertentu dalam pertanyaan dan menyalahkan karakter orang. Ketika orang menggunakan kata-kata seperti, "Dia benar-benar jorok," mereka yang terlibat dalam menyalahkan perilaku lain. Suatu Masalah terakhir yang sering ditemui dalam pengelolaan konflik adalah mengadopsi mentalitas menang-kalah. Berfokus pada tujuan masing-masing individu / hasil akan membantu menghindari menggunakan strategi menang-kalah.
Perbedaan dalam titik pandang merupakan hal yang tidak dapat dielakkan, dan seringkali memberikan pengayaan kepada diri kita. Ketika orang melakukan kajian terhadap sesuatu secara bersama-sama, maka selalu mengasumsikan bahwa dengan adanya fakta yang sama, pasti akan akan dicapai suatu analisis tertentu. Namun yang terjadi tidaklah demikian, suara bulat lebih tidak mungkin jika mempertimbangkan bahwa, di samping adanya perbedaan latar belakang yang sifatnya natural ini, masih ada perbedaan lain yang muncul akibat perbedaan status, kekuasaan, kekayaan, jabatan, usia, peran yang terkait dengan jenis kelamin tertentu, serta keanggotaan kelompok tertentu. Berbagai indikator posisi dalam masyarakat ini seringkali memberikan makna bahwa orang sering kali menginginkan hal yang berbeda dari kondisi yang sama, kadang-kadang sasaran ini bertentangan, dan saling bertabrakan inilah yang disebut konflik. (Solihan, 2007: 5)
Dari pengertian di atas menunjukkan hubungan antara sasaran dan tingkah laku serta berbagai implikasinya berkait dengan konflik. Tujuannya adalah untuk mengilustrasikan tipe-tipe konflik dalam upaya untuk mencari berbagai upaya intervensi yang mungkin dilakukan. Tidak ada kondisi ideal dalam scenario ini, namun masing-masing dari keempat kondisi ini memiliki potensi dan tantangan sendiri-sendiri.
Berkaitan dengan konflik, ada dua macam situasi konflik. Yaitu intensifying conflict dan escalating conflict. Intensifying Conflict adalah upaya membuat konflik yang tersembunyi menjadi tampak dan terbuka, untuk tujuan yang baik dan penyelesaian masalah, dan escalating conflict adalah kondisi ketika level tekanan dan kekerasan meningkat. Tipe konflik berdasarkan hubungan antara tujuan dan tingkah laku ada empat macam. (Fisher, 2000:5)
a. Kondisi tanpa konflik (No Conflict)
Menurut persepsi orang pada umumnya, mungkin bahwa kondisi tanpa konflik, sebagaimana tergambar dalam kolom sisi kiri atas, merupakan kondisi yang diinginkan. Namun demikian, kelompok atau masyarakat yang damai, jika ingin bertahan lama, maka harus hidup dan dinamis, menyatukan konflik tingkah laku dan tujuan, serta menyelesaikan secara kreatif.
b. Konflik leten (Latent Conflict)
Konflik laten adalah konflik yang berada di bawah permukaan, dan sebagaimana telah disarankan, konflik ini perlu dibawa ke permukaan sebelum dapat diselesaikan secara efektif.
c. Konflik terbuka (Open Conflict)
Konflik ini mengakar secara dalam serta sangat tampak jelas, dan membutuhkan tindakan untuk mengatasi penyebab yang mengakar serta efek yang tampak.
d. Konflik permukaan (Surface Conflict)
Konflik ini memiliki akar yang tidak dalam atau tidak mengakar. Mungkin pula bahwa konflik permukaan ini muncul karena kesalah pahaman mengenai sasaran dan dapat diatasi dengan perbaikan komunikasi.
Dalam setiap konflik selalu muncul tiga hal ini dalam bentuk dan sifat yang berbeda yaitu :
1). Pelaku
orang, kelompok atau pihak-pihak yang terlibat dalam konflik menyangkut; pandangan/persepsi, perasaaan, tentang isu-isu atau masalah, serta bagaimana hal-hal tersebut berhubungan satu sama lain dan dalam usaha untuk menjamin kehidupan secara berkelanjutan.
2). Proses
Serangkaian perubahan perilaku atau tindakan, pengambilan keputusan, dan bagaimana sikap pihak-pihak yang terlibat mengenalinya. Proses pengambilan keputusab sering diabaikan sebagai penyebab utama suatu konflik. Meski demikian, kemarahan, perasaan diperlakukan tidak adil dan perasaan ketidakberdayaan sering berakar pada hal ini (proses).
3). Masalah
Perbedaan harapan dan tujuan yang berpengaruh terhadap pola hubungan antarpribadi yang berbeda. Hal ini mencakup nilai-nilai yang berbeda, kepentingan dan kebutuhan yang bertentangan, atau pemanfaatan penyebaran atau eksebilitas terhadap sumberdaya yang terbatas (World Bank, 2009)
Kendati unsur konflik selalu terdapat dalam setiap bentuk hubungan antarpribadi, pada umumnya masyarakat memandang konflik sebagai keadaan yang buruk dan harus dihindarkan. Konflik dipandang sebagai faktor yang akan merusak hubungan, maka harus dicegah.
A. Jenis-Jenis Konflik
Menurut James A.F. Stoner dan Charles Wankel, terdapat lima jenis konflik yaitu:
1. Konflik Intrapersonal
Konflik intrapersonal adalah konflik seseorang dengan dirinya sendiri. Konflik terjadi bila pada waktu yang sama seseorang memiliki dua keinginan yang tidak mungkin dipenuhi sekaligus. Ada tiga macam bentuk konflik intrapersonal yaitu :
• Konflik pendekatan-pendekatan, contohnya orang yang dihadapkan pada dua pilihan yang sama-sama menarik.
• Konflik pendekatan-penghindaran, contohnya orang yang dihadapkan pada dua pilihan yang sama menyulitkan.
• Konflik penghindaran-penghindaran, contohnya orang yang dihadapkan pada satu hal yang mempunyai nilai positif dan negatif sekaligus.
2. Konflik Interpersonal
Konflik Interpersonal adalah pertentangan antar seseorang dengan orang lain karena pertentangan kepentingan atau keinginan. Hal ini sering terjadi antara dua orang yang berbeda status, jabatan, bidang kerja dan lain-lain.
3. Konflik antar individu dan kelompok
Hal ini seringkali berhubungan dengan cara individu menghadapi tekanan-tekanan untuk mencapai konformitas, yang ditekankan kepada mereka oleh kelompok kerja mereka.
Sebagai contoh dapat dikatakan bahwa seseorang individu dapat dihukum oleh kelompok kerjanya karena ia tidak dapat mencapai norma-norma produktivitas kelompok dimana ia berada.
4. Konflik antara kelompok
Yang dimaksud disini adalah konflik antara kelompok dalam organisasi yang sama. Konflik ini merupakan tipe konflik yang banyak terjadi di dalam organisasi-organisasi. Konflik antar lini dan staf merupakan merupakan contoh konflik antar kelompok.
5. Konflik antara organisasi
Konflik jenis ini biasanya disebut dengan persaingan. Namun berdasar pengalaman, konflik ini ternyata menyebabkan timbulnya pengembangan produk-produk baru, teknologi baru dan servis baru, harga lebih rendah dan pemanfaatan sumber daya secara lebih efisien.
B. Faktor Penyebab Timbulnya Konflik dalam Hubungan Antarpribadi
Ada beberapa yang dapat menimbulkan terjadinya konflik dalam suatu hubungan antar pribadi. Beberapa penyebab tersebut antara lain :
1. Perbedaan individu yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik, sebab dalam menjalani hubungan, seseorang tidak selalu sejalan dengan orang lain.
Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman, perasaan setiap warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.
2. Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.
Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.
3. Perbedaan kepentingan antara individu.
Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda.
C. Aspek-Aspek Positif Konflik
Walau konflik selalu terdapat dalam hubungan antarpribadi, pada umumnya masyarakat cenderung menganggap konflik sebagai sesuatu yang buruk dan harus dihindari. Konflik dipandang dapat merusak suatu hubungan, maka harus dicegah. Jika konflik mengarah pada kondisi destruktif, memang hal tersebut dapat berdampak pada penurunan efektivitas suatu hubungan. Misalnya berupa penolakan, acuh tak acuh, bahkan mungkin muncul luapan emosi destruktif, berupa kekerasan.
Namun, kini banyak yang mulai sadar bahwa rusaknya suatu hubungan sesungguhnya lebih disebabkan oleh kegagalan memecahkan konflik secara konstruktif, adil, dan memuaskan kedua belah pihak, bukan oleh munculnya konflik itu sendiri. Kini konflik sering diberi sebutan yang lebih berkonotasi positif, seperti bumbu dalam hubungan antarpribadi, baik dalam persahabatan, hubungan antara suami-istri, maupun bentuk hubungan lainnya (A. Supratiknya, 1995: 94).
Konflik dapat dipandang sebagai suatu kekuatan positif, jika dikelola dan dimanfaatkan dengan cara yang benar untuk meningkatkan kinerja dan perubahan dalam membangun individu. Namun sebaliknya akan berakibat buruk jika, konflik dipandang sebagai kekuatan untuk mempertahankan ketidakstabilan dan memperkuat kekuasaan bagi setiap personal terhadap orang lain.
Sesungguhnya, bila kita mampu mengelola secara konstruktif, konflik justru dapat memberikan manfaat positif bagi diri kita sendiri maupun bagi hubungan kita dengan orang lain. Beberapa contoh manfaat positif dari konflik adalah sebagai berikut (Johnson, 1981) :
1. Konflik dapat menjadikan kita sadar bahwa ada persoalan yang perlu dipecahkan dalam hubungan kita dengan orang lain. Kalau Anda ingin menonton bioskop, sedangkan kekasih Anda ingin makan di restoran, mungkin hal itu menandakan adanta perbedaan hobi di antara kalian berdua yang perlu Anda perhatikan.
2. Konflik dapat menyadarkan dan mendorong kita untuk melakukan perubahan-perubahan dalam diri kita. Kalau kekasih Anda marah karena Anda lupa menjemput pulang dari praktikum, sebaiknya Anda sungguh-sungguh mulai belajar disiplin mengatur jadwal kegiatan dan membuat catatan-catatan kegiatan dengan cermat.
3. Konflik dapat menumbuhkan dorongan dalam diri kita untuk memecahkan persoalan yang selama ini tidak jelas kita sadari atau kita biarkan tidak muncul ke permukaan. Konflik dengan tetangga sebelah karena merasa terganggu oleh suara tape recorder yang disetel keras-keras, dapat mendorong untuk sekaligus menyampailkan keberatan kita terhadap kebiasaaannya membawa teman-teman yang ngobrol-ngobrol dengan suara yang keras hampir setiap malam mulai dari gelap hingga menjelang subuh.
4. Konflik dapat menjadikan kehidupan lebih menarik. Perbedaan pendapat dengan seorang teman tentang suatu pokok persoalan dapat menimbulkan perdebatan yang memaksa kita lebih mendalami dan memahami pokok persoalan tersebut, selain menjadikan hubungan kita tidak membosankan.
5. Perbedaan pendapat dapat membimbing kea rah tercapainya keputusan-keputusan bersama yang lebih matang dan bermutu. Dua kekasih yang bersitegang dalam memilih acara keluar mereka antara menonton bioskop atau makan di restoran, akhirnya memutuskan memasak di rumah, mengundang beberapa teman untuk makan malam bersama sambil menikmati acara televisi yang menarik.
6. Konflik dapat menghilangkan ketegangan-ketegangan kecil yag sering kita alami dalam hubungan kita dengan seseorang. Sesudah pertengkaran mulut yang cukup dahsyat, seorang sekretaris akhirnya merasa terbebas dari kejengkelannya kepada salah seorang koleganya yang suka sekali meminjam atau meminta perelatan dan perlengkapan tulis-menulis dari mejanya. Sesudah didamaikan oleh seorang teman lain, teman itu berjanji untuk tidak lagi mengganggunya dan akan lebih cermat merawat barang-barangnya.
7. Konflik juga dapat menjadikan kita sadar tentang siapa atau mecam apa diri kita sesungguhnya. Lewat pertengkaran dengan orang lain, kita menjadi lebih sadar tentang apa yang tidak kita sukai, apa yang membuat tersinggung, apa yang sangat kita hargai, dan sebagainya.
8. Konflik juga dapat menjadi sumber hiburan. Kita sengaja mencari sejenis konflik dalam berbagai bentuk permainan dan perlombaan.
9. Konflik dapat mempererat dan memperkaya hubungan. Hubungan yang tetap bertahan kendati diwarnai dengan banyak konflik, justru dapat membuat kedua belah pihak sadar bahwa hubungan mereka itu kiranya sangat berharga . selain itu juga dapat menjadi semakin erat, sebab bebas dari ketegangan-ketegangan dan karenanya juga menyenangkan.
Dengan kata lain, konflik dalam hubungan antarpribadi sesungguhnya memiliki potensi menunjang perkembangan pribadi kita sendiri maupun perkembangan relasi kita dengan orang lain. Asal, kita mampu menghadapi dan memecahkan konflik-konflik semacam itu secara konstruktif, ada empat hal yang dapat kita jadikan patokan untuk menetapkan apakah konflik yang kita alami bersifat konstruktif atau destruktif. Suatu konflik bersifat konstruktif bila sesudah mengalaminya :
1. Hubungan kita dengan pihak lain justru lebih erat, dalam arti lebih mudah berinteraksi dan bekerjasama.
2. Kita dan pihak lain justru lebih sering menyukai dan saling mempercayai.
3. Kedua belah pihak sama-sama merasa puas dengan akibat-akibat yang timbul setelah berlangsungnya konflik.
4. Kedua belah pihak makin terampil mengatasi secara konstruktif konflik-konflik baru yang terjadi di antara mereka (A. Supratiknya, 1995: 96).
2.2 MEMPERBAIKI HUBUNGAN KONFLIK ANTARPRIBADI
A. Pengelolaan Konflik
Walaupun suatu konflik juga dapat memberikan kontribusi positif dalam suatu hubungan, beberapa kalangan memilih untuk meminimalisir terjadinya konflik. Mereka mungkin tidak yakin dapat menyelesaikan konflik itu dengan baik, atau mungkin untuk menjaga suatu hubungan agar tampak selalu ada hambatan, dsb. Konflik dapat dicegah atau dikelola dengan beberapa cara antara lain :
1. Disiplin
Mempertahankan disiplin dapat digunakan untuk mengelola dan mencegah konflik. Manajer perawat harus mengetahui dan memahami peraturan-peraturan yang ada dalam organisasi. Jika belum jelas, mereka harus mencari bantuan untuk memahaminya.
2. Pertimbangan pengalaman dalam tahapan kehidupan
Konflik dapat dikelola dengan mendukung perawat untuk mencapai tujuan sesuai dengan pengalaman dan tahapan hidupnya. Misalnya; Perawat junior yang berprestasi dapat dipromosikan untuk mengikuti pendidikan kejenjang yang lebih tinggi, sedangkan bagi perawat senior yang berprestasi dapat dipromosikan untuk menduduki jabatan yang lebih tinggi.
3. Komunikasi
Suatu komunikasi yang baik akan menciptakan lingkungan yang kondusif. Suatu upaya yang dapat dilakukan untuk menghindari konflik adalah dengan menerapkan komunikasi yang efektif dalam kegitan sehari-hari yang akhirnya dapat dijadikan sebagai satu cara hidup.
4. Mendengarkan secara aktif
A.G. Lunandi dalam Komunikasi Mengena menulis, “Saya tidak mengenal anda, maka saya tidak tahu apakah anda bisa mendengarkan dengan sabar dan dengan penuh perhatian atau tak sabar mendengarkan dengan kecederungan untuk memutuskan percakapan orang.”
Mendengarkan secara aktif merupakan hal penting untuk mengelola konflik. Orang lain yang sedang berbicara tidak kita potong kalimatnya akan menimbulkan kesan bahwa kita menghargainya sehingga orang tersebut merasa nyaman. Selain menghasilkan komunikasi yang efektif, dengan mendengarkan secara aktif, kita akan mendapatkan informasi yang benar sehingga tidak terjadi kesalahpahaman yang menyebabkan konflik.
B. Teknik Komunikasi Efektif untuk Mengurangi Konflik
Setelah Anda menemukan diri anda dalam situasi konflik dengan orang lain, penting untuk mengurangi muatan emosional dari situasi sehingga Anda dan orang lain dapat mengatasi perbedaan-perbedaan Anda pada tingkat yang rasional dalam menyelesaikan konflik.
1. Teknik Menenangkan
Kita harus mengakui bahwa individu mempunyai cara yang berbeda untuk melihat sesuatu. Ini tidak berarti bahwa kita harus mengkompromikan prinsip-prinsip dasar kita sendiri. Kami hanya memvalidasi sikap yang lain sehingga kita dapat melanjutkan ke sehat resolusi konflik. Hal ini mungkin sulit dilakukan dalam situasi yang mudah menguap, tetapi tanda kekuatan individu dan integritas adalah kemampuan untuk menunda reaksi langsung kita untuk mencapai tujuan-tujuan yang positif. Kadang-kadang kita harus "kehilangan" agar pada akhirnya, untuk "menang."
2. Empati
Cobalah untuk menempatkan diri ke dalam sepatu orang lain. Melihat dunia melalui mata mereka. Empati adalah teknik mendengarkan yang penting yang memberikan umpan balik yang lain bahwa ia sedang mendengar. Ada dua bentuk empati. Pemikiran Empati memberi pesan bahwa Anda memahami apa yang lain coba katakan. Anda dapat melakukan hal ini dalam percakapan dengan mengutip kata-kata orang lain. Sebagai contoh, "Saya memahami Anda untuk mengatakan bahwa Anda percaya pada saya telah dipatahkan." Merasa Empati adalah pengakuan anda tentang bagaimana orang lain mungkin merasa.
3. Eksplorasi
Tanyakan lembut, menyelidiki pertanyaan tentang apa yang orang lain pikirkan dan rasakan. Mendorong yang lain untuk berbicara sepenuhnya tentang apa yang ada di pikirannya. Sebagai contoh, "Apakah ada pikiran lain bahwa Anda perlu untuk berbagi dengan saya?"
Menggunakan Pernyataan "Saya": Ambillah tanggung jawab atas pikiran Anda sendiri daripada menghubungkan motif orang lain. Hal ini mengurangi kemungkinan bahwa orang lain akan menjadi defensif. Sebagai contoh, "Saya merasa sangat kecewa bahwa hal ini telah datang di antara kami." Pernyataan ini jauh lebih efektif daripada mengatakan, "Anda telah membuat saya merasa sangat marah."
4. Membelai
Temukan mengatakan hal-hal positif tentang orang lain, bahkan jika orang lain marah dengan Anda. Menunjukkan sikap hormat. Sebagai contoh, "Aku benar-benar menghargai Anda karena memiliki keberanian untuk membawa masalah ini kepada saya. Aku mengagumi kekuatan dan sikap kepedulian Anda”.
C. Sebuah Cara Rasional Menyelesaikan Konflik
Berikut adalah model yang dapat membantu dalam menyelesaikan konflik antarpribadi.
1. Identifikasi Masalah
Memiliki diskusi untuk memahami kedua sisi dari masalah. Tujuan pada tahap awal ini adalah untuk mengatakan apa yang Anda inginkan dan untuk mendengarkan apa yang diinginkan orang lain. Menetapkan hal-hal yang Anda berdua sepakati, serta ide-ide yang telah menyebabkan perselisihan. Penting untuk mendengarkan secara aktif untuk apa yang lain berkata, gunakan pernyataan "saya" dan menghindari menyalahkan.
2. Dengan mengajukan beberapa solusi
Menggambar di titik-titik yang Anda berdua sepakat dan tujuan bersama Anda, menghasilkan daftar ide sebanyak yang Anda bisa untuk menyelesaikan masalah, terlepas dari bagaimana mereka mungkin layak. Tujuan ke ide kuantitas daripada kualitas pada tahap ini, dan membiarkan kreativitas menjadi panduan Anda.
3. Solusi alternatif
Sekarang, pergi melalui daftar alternatif solusi untuk masalah ini, satu per satu. Mempertimbangkan pro dan kontra dari solusi yang tersisa sampai daftar sempit untuk satu atau dua cara terbaik untuk menangani masalah. Penting bagi setiap orang untuk bersikap jujur dalam fase ini. Solusi mungkin tidak ideal untuk orang baik dan bisa melibatkan kompromi.
4. Memutuskan solusi terbaik
Pilih solusi yang tampaknya dapat diterima bersama, bahkan jika ia tidak sempurna bagi salah satu pihak. Selama adil dan tampaknya ada komitmen bersama untuk bekerja dengan keputusan, konflik memiliki kesempatan untuk diselesaikan.
5. Melaksanakan solution
Sangat penting untuk menyetujui rincian dari apa yang masing-masing pihak harus dilakukan, siapa yang bertanggung jawab untuk melaksanakan berbagai bagian dari kesepakatan, dan apa yang harus dilakukan.
6. Lanjutkan untuk evaluasi solusi
Resolusi konflik harus dilihat sebagai karya-karya berlangsung. Pastikan Anda meminta orang lain dari waktu ke waktu bagaimana keadaan. Sesuatu yang tidak terduga mungkin akan naik atau beberapa aspek dari masalah mungkin telah diabaikan. Keputusan Anda harus dilihat sebagai terbuka untuk revisi, asalkan revisi disepakati bersama.
D. Strategi dalam Mengatasi Konflik
Setiap orang memiliki strateginya masing-masing dalam mengelola konflik. Strategi-strategi ini merupakan hasil belajar, biasanya dimulai sejak masa kanak-kanak, dan akan bekerja secara otomatis. Spiegel (1994) menjelaskan ada lima tindakan yang dapat kita lakukan dalam penanganan konflik yaitu :
1. Berkompetisi
Pilihan tindakan ini bisa sukses dilakukan jika situasi saat itu membutuhkan keputusan yang cepat, kepentingan salah satu pihak lebih utama dan pilihan kita sangat vital. Hanya perlu diperhatikan situasi menang-kalah akan terjadi disini. Pihak yang kalah akan merasa dirugikan dan dapat menjadi konflik yang berkepanjangan. Tindakan ini bisa dilakukan dalam hubungan atasan-bawahan, dimana atasan menempatkan kepentingannya (kepentingan organisasi) di atas kepentingan bawahan.
2. Menghindari konflik
Tindakan ini dilakukan jika salah satu pihak menghindari dari situsasi tersebut secara fisik ataupun psikologis. Sifat tindakan ini hanyalah menunda konflik yang terjadi. Menghindari konflik bisa dilakukan jika masing-masing pihak mencoba untuk mendinginkan suasana, membekukan konflik untuk sementara. Dampak kurang baik bisa terjadi jika pada saat yang kurang tepat konflik meletus kembali, ditambah lagi jika salah satu pihak menjadi stres karena merasa masih memiliki hutang menyelesaikan persoalan tersebut.
3. Akomodasi
Yaitu jika kita mengalah dan mengorbankan beberapa kepentingan sendiri agar pihak lain mendapat keuntungan dari situasi konflik itu. Hal ini dilakukan jika kita merasa bahwa kepentingan pihak lain lebih utama atau kita ingin tetap menjaga hubungan baik dengan pihak tersebut. Pertimbangan antara kepentingan pribadi dan hubungan baik menjadi hal yang utama di sini.
4. Kompromi
Tindakan ini dapat dilakukan jika ke dua belah pihak merasa bahwa kedua hal tersebut sama-sama penting dan hubungan baik menjadi yang utama. Masing-masing pihak akan mengorbankan sebagian kepentingannya untuk mendapatkan situasi yang saling menguntungkan.
5. Berkolaborasi
Menciptakan situasi seri dengan saling bekerja sama. Pilihan tindakan ada pada diri kita sendiri dengan konsekuensi dari masing-masing tindakan. Jika terjadi konflik pada lingkungan kerja, kepentingan dan hubungan antar pribadi menjadi hal yang harus kita pertimbangkan.
Namun biasanya kita tidak menyadari cara bertingkah laku kita dalam situasi-situasi konflik. Apa yang kita lakukan seolah-olah terjadi begitu saja. Maka bila kita terlibat dalam suatu konflik dengan orang lain, ada dua hal yang harus kita pertimbangkan :
a. Tujuan-tujuan atau kepentingan-kepentingan pribadi kita. Tujuan-tujuan pribadi ini dapat kita rasakan sebagai hal yang sangat penting sehingga harus kita pertahankan mati-matian, atau tidak terlalu penting sehingga dengan mudah kita korbankan.
b. Hubungan baik dengan pihak lain. Seperti tujuan pribadi, hubungan dengan pihak lain jug adapat kita rasakan sebagai hal yang sangat penting atau sama sekali tidak penting.
Cara kita bertingkah laku dalam suatu konflik dengan orang lain, akan ditentukan oleh seberapa penting tujuan-tujuan pribadi dan hubungan dengan pihak lain kita rasakan. Berdasarkan dua pertimbanan di atas, dapat ditemukan lima gaya dalam mengelola konflik antarpribadi (Johnson, 1981) :
1. Gaya kura-kura
Konon, kura-kura lebih senang menarik diri bersembunyi di balik tempurung badannya untuk menghindari konflik. Mereka cenderung menghindar dari pokok-pokok masalah maupun dari orang-orang yang dapat menimbulkan konflik. Mereka percaya bahwa setiap usaha memecahkan konflik hanya akan sia-sia. Lebih mudah menarik diri, secara fisik maupun psikologis, dari konflik daripada menghadapinya.
2. Gaya ikan hiu
Ikan hiu senang menaklukkan lawan dengan memaksanya menerima solusi konflik yang ia sodorkan. Baginya, tercapainya tujuan pribadi adalah yang utama, sedangkan hubungan dengan pihak lain tidak terlalu penting. Konflik harus dipecahkan dengan cara satu pihak menang dan pihak lainnya kalah. Watak ikan hiu adalah selalu mencari menang dengan cara menyerang, mengunggli dan mengancam ikan-ikan lain.
3. Gaya kancil
Seekor kancil sangat mengutamakan hubungan, dan kurang mementingkan tujuan-tujuan pribadinya. Ia ingin diterima dan disukai binatang lain. Ia berkeyakinan bahwa konflik harus dihindari, demi kerukunan. Setiap konflik tidak mungkin dipecahkan tanpa merusak hubungan. Konflik harus didamaikan, bukan dipecahkan, agar hubungan tidak menjadi rusak.
4. Gaya rubah
Rubah senang mencari kompromi. Baginya, baik tercapainya tujuan-tujuan pribadi maupun hubungan baik dengan pihak lain sama-sama cukup penting. Ia mau mengorbankan sedikit tujuan-tujuannya dan hubungannya dengan pihak lain demi tercapainya kepentingan dan kebaikan bersama.
5. Gaya burung hantu
Burung hantu sangat mengutamakan tujuan-tujuan pribadinya sekaligus hubungannya dengan pihak lain. Baginya konflik merupakan masalah yang harus dicari pemecahannya. Pemecahan itu harus sejalan dengan tujuan-tujuan pribadinya maupun lawannya. Konflik bermanfaat meningkatkan hubungan dengan cara mengurangi ketegangan diantara dua pihak yang berhubungan. Menghadapi konflik, burung hantu akan selalu berusaha mencari penyelesaian yang memuaskan kedua pihak. Penyelesaian yang juga mampu menghilangkan ketegangan serta perasaan negatif lain yang mungkin muncul di dalam diri kedua pihak akibat konflik itu.
2.3 MANAJEMEN KONFLIK KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI
Konflik merupakan hal yang wajar dalam kehidupan manusia, tetapi konflik dapat menurunkan eksistensi hubungan antar pribadi dan kelompok. Konflik sering diartikan membawa dampak negatif dalam kehidupan, tetapi ada konflik yang memberikan dampak positif dalam kehidupan. Konflik memberikan dampak positif untuk meningkatkan hubungan baik dan kualitas yang baik dalam komunikasi antar pribadi. Dampak negatif konflik yang tidak terselesaikan membuat hubungan antar pribadi menjadi tidak harmonis. Oleh karena itu, manajemen konflik sangat dibutuhkan sebagai solusi permasalahan.
Manajemen konflik merupakan metode, tahapan, cara, usaha, strategi untuk mengarahkan perselisihan atau konflik yang terjadi menuju penyelesaian agar menciptakan perilaku-perilaku positif seperti memberikan ketenangan, perdamaian, dan hal positif lainnya. Menurut Ross, manajemen konflik adalah langkah-langkah yang diambil para pelaku atau pihak ketiga dalam rangka mengarahkan perselisihan kea rah hasil tertentu yang mungkin atau tidak mungkin menghasilkan suatu akhir berupa penyelesaian konflik dan mungkin atau tidak mungkin menghasilkan ketenangan, hal positif, kreatif, bermufakat, atau agresif.
Berikut merupakan manajemen konflik dalam komunikasi antar pribadi yaitu :
1. Bersikap sportif
Bersikap sportif dalam sebuah konflik artinya seseorang bersikap secara profesional dalam melakukan kegiatan apapun termasuk berkomunikasi. Sikap sportif bertujuan untuk menghindari sikap defensif dalam komunikasi. Sikap defensif biasanya terjadi ketika seseorang sedang berada dalam suatu konflik. Sikap defensif muncul karena adanya rasa ingin melindungi diri dari suatu konflik, merasa takut untuk mengungkapkan kebenarannya, merasa cemas atau mendesak. Oleh karena itu, sikap sportif menjadi salah satu manajemen konflik dalam komunikasi antar pribadi.
2. Tanggung jawab terhadap pemikiran dan perasaan
Konflik sering terjadi karena adanya kesalahpahaman dalam komunikasi. Perbedaan sudut pandang atau perspektif juga menjadi faktor utama yang mengakibatkan terjadinya konflik dalam komunikasi antar pribadi. Hal ini berhubungan dengan tanggung jawab seseorang terhadap pemikiran dan perasaannya sendiri. Apabila seseorang mengeluarkan pendapat dan tidak dapat diterima oleh orang lain maka orang yang berpendapat harus dapat mempertanggungjawabkan pemikirannya tersebut. Begitu pula dengan perasaannya.
3. Langsung dan spesifik
Jika terjadi konflik maka hal yang harus dilakukan adalah menyelesaikannya dengan membahas secara langsung ke inti permasalahan yang sedang terjadi. Artinya fokus membahas konflik secara langsung dan spesifik tanpa melantur ke permasalahan lain. Manajemen konflik ini bertujuan untuk menyelesaikan masalah secara cepat tanpa menimbulkan konflik yang semakin kompleks.
4. Bertengkar secara aktif
Bertengkar secara aktif maksudnya adalah jangan menghindar ketika sedang berada dalam suatu konflik yang melibatkan diri sendiri. Konflik dalam komunikasi antar pribadi sering terjadi, sehingga hadapi konflik tersebut dan selesaikan dengan profesional tanpa ada keributan.
5. Meredakan ketegangan dengan humor
Konflik terjadi dalam komunikasi yang kemudian diekspresikan dengan emosi. Konflik berdampak pada tingginya tingkat emosi dan dapat menimbulkan kekacauan berupa perdebatan verbal yang merujuk ke perkelahian fisik. Humor berfungsi sebagai manajemen konflik yang mudah dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Humor berguna untuk meredakan ketegangan dalam sebuah konflik.
6. Percaya
Manajemen konflik ini didasarkan pada diri sendiri terlebih dahulu. Apabila kita percaya dengan diri sendiri maka kita dapat mempercayai orang lain dalam berkomunikasi. Rasa saling percaya dalam komunikasi antar pribadi dapat menghindari seseorang dari berbagai konflik. Kepercayaan yang diberikan antara satu sama lain menimbulkan sikap terbuka. Ketika sedang berada dalam suatu konflik maka ada rasa percaya untuk menceritakan konflik tersebut kepada orang lain untuk diselesaikan dengan baik.
7. Sikap Terbuka
Sikap terbuka menjadi manajemen konflik yang terakhir. Sikap terbuka yang ada dalam diri seseorang berfungsi untuk meredakan konflik dalam komunikasi antar pribadi. Sikap terbuka pada diri seseorang mampu menciptakan komunikasi yang efektif karena orang yang memiliki sikap terbuka cenderung lebih jujur, terbuka pada orang lain mengenai apapun masalah yang sedang dihadapi, sehingga tidak ada rasa saling menutupi antara satu sama lain. Sikap terbuka menjadi salah satu cara untuk memahami karakter, kepribadian, atau perilaku seseorang, sehingga dapat menimbulkan rasa saling menghormati, saling menghargai, dan saling bertoleransi.
Demikian penjelasan terkait beberapa manajemen konflik dalam komunikasi antar pribadi yang biasa terjadi di kehidupan sehari-hari.
2.4 ETIKA KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI
Banyak orang beranggapan bahwa dalam sebuah pembicaraan, kita harus menggunakan etika untuk menghargai dan menghormati lawan bicara. Ada sebuah teori yang mendefinisikan etika sebagai, “sebuah cabang ilmu filsafat yang berbicara mengenai nilai dan norma, moral yang menentukan perilaku manusia dalam hidupnya”. Dalam teori ini, etika memiliki 3 tujuan, yaitu:
a. Membantu manusia untuk bertindak secara bebas dan dapat dipertanggung jawabkan
b. Membantu manusia mengambil sikap dan tindakan secara tepat dalam hidup ini
c. Tujuan akhir untuk menciptakan kebahagiaan.
Terlepas setuju atau tidaknya kita dengan teori diatas, namun ada hal yang bisa kita sepakati bahwa etika berhubungan dengan moral,”sistem tentang bagaimana kita harus hidup secara baik sebagai manusia.”
Secara potensial timbul ketegangan antara “kenyataan” dan “keharusan”, antara yang aktual dan yang ideal. Mungkin terdapat ketegangan antara apa yang dilakukan setiap orang dengan apa yang menurut kita harus dilakukan oleh orang tersebut. Mungkin terdapat konflik antara komunikasi yang kita pandang berhasil dan penilaian teknik tersebut tidak boleh digunakan karena cacat menurut etika. Kita mungkin terlalu menekankan pemahaman tentang sifat dan efektivitas teknik, proses dan metode komunikasi dengan mengorbankan perhatian pada masalah etika tentang penggunaan teknik-teknik seperti itu. Kita harus menguji bukan hanya bagaimana, melainkan juga apakah kita secara etis harus, memakai berbagai macam metode dan pendekatan. Masalah “apakah”, jelas bukan hanya penyesuaian khalayak, melainkan maslah etika. Kita boleh merasa bahwa tujuan-tujuan etika itu tidak dapat dicapai secara nyata sehingga tidak banyak manfaatnya.
Bagaimana para peserta dalam sebuah transaksi komunikasi pribadi menilai etika dari komunikasi itu, atau bagaimana para pengamat luar menilai etikanya, akan berbeda-beda tergantung pada standar etika yang mereka gunakan. Sebagian diantara bahkan mungkin akan memilih untuk tidak mempertimbangkan etika. Namun demikian, masalah etika yang potensial tetap ada meskipun tidak terpecahkan atau tidak terjawab.
Apakah seorang komunikator menginginkan penilaian etika atau tidak? Komunikan umumnya akan menilai, secara resmi ataupun tidak resmi, upaya komunikator berdasarkan standar etika yang relevan menurut mereka. Jika bukan karena alasan lain, selain alasan pragmatik, yakni untuk kesempatan meningkatkan kesuksesan , komunikator perlu mempertimbangkan kriteria etis para khalayaknya.
A. Contoh Etika Komunikasi Antar Pribadi
Manusia dalam hidup bermasyarakat, akan saling membutuhkan satu sama lain. Kebutuhan itulah yang dapat menimbulkan suatu proses interaksi sosial. Maryati dan Suryawati (2003) menyatakan bahwa , “Interaksi sosial adalah kontak atau hubungan timbal balik atau interstimulasi dan respons antar individu, antar kelompok atau antar individu dan kelompok. “Pendapat lain dikemukakan oleh Murdiyatmoko dan Handayani (2004), “Interaksi sosial adalah hubungan antar manusia yang menghasilkan suatu proses pengaruh mempengaruhi yang menghasilkan hubungan tetap dan pada akhirnya memungkinkan pembentukan struktur sosial. “Interaksi positif hanya mungkin terjadi apabila terdapat suasana saling mempercayai, menghargai dan saling mendukung.”
Berdasarkan definisi di atas, maka penulis dapat mnyimpulkan bahwa interaksi sosial adalah suatu hubungan antar sesama manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain baik itu dalam hubungan antar individu, antar kelompok maupun antar individu dan kelompok.
B. Etika dan Komunikasi dalam Interaksi Sosial
Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak akan pernah lepas dari komunikasi. Dari mulai kita bangun tidur sampai kemudian tertidur kembali, komunikasi selalu menjadi kegiatan utama kita entah itu komunikasi verbal atau non verbal, entah itu komunikasi antar pribadi atau komunikasi organisasi.
Hal seperti ini memang telah menjadi kodrat kita sebagai seorang yang memang tidak dapat hidup sendiri. Kita selalu membutuhkan orang lain disekitar kita, walaupun hanya untuk sekedar melakukan obrolan basa-basi karena manusia adalah makhluk sosial dan dari dalam interaksi itulah manusia lambat laun menciptakan nilai-nilai bersama yang kemudian disebut sebagai kebudayaan.
Dalam nilai-nilai yang terbentuk tersebut terdapat beberapa kaidah yang bertujuan mengatur tata cara kita berkomunikasi antar sesama tanpa menyakiti hati dan menjunjung tinggi etika sebagai sebuah tanda penghargaan pada lawan bicara kita. Namun terkadang pemakaian sesuatu yang kita anggap sebuah etika dapat berakibat pada sesuatu yang tidak menyenangkan dan menimbulkan kesalahpahaman antar sesama. Mengapa hal itu bisa terjadi? Padahal tujuan kita menggunakan etika adalah untuk mencoba menghargai khalayak.
Pemakaian etika dalam konteks komunikasi antar pribadi memiliki paradoks tersendiri. Di lain pihak, hal ini dapat menjadi hal yang positif namun terkadang sesuatu yang negatif dan cenderung merusak danmemperburuk keadaan juga dapat terjadi. Berbagai hal dinilai bertanggung jawab atas hal ini. Dari mulai cara kita berkomunikasi antar sesama sampai pada saat kita menggunakan etika dalam berinteraksi.
C. Menurut Ahli
William D. Brooks (dalam Rakhmat, 1998:125) menyebut konsep diri sebagai ”persepsi-persepsi fisik, sosial, dan psikologis atas diri kita sendiri yang bersumber dari pengalaman dan interaksi kita dengan orang lain”. Berdasarkan definisi dari Brooks tersebut, kita bisa menguraikannya sebagai berikut.
1. Persepsi fisik
yang berkaitan dengan bagaiman akita mempersepsi diri kita secara fisik. Apakah kita ini termasuk orang yang tampan/cantik, biasa-biasa saja atau jelek? Apakah badan kita terlihat gagah atau tidak menarik?
2. Persepsi sosial
yang berkaitan dengan bagaimana orang lain tentang diri kita. Apakah ini termasuk orang yang mudah bergaul, cenderung menyendiri, disukai orang lain atau orang yang ingin menang sendiri.
3. Persepsi psikologis
yang berkaitan dengan apa yang ada pada ”dalam” diri kita. Apakah saya ini orang yang keras pendirian atau keras kepala? Apakah saya termsuk orang yang bahagia karena apa saya bahagia?
4. Pengalaman
yang terkait dengan sejarah hidup kita. Sejak mulai kita dilahirkan hingga usia saat ini tentu mengalami berbagai hal yang berpengaruh pada diri kita. Misalnya, kita menjadi keras kepala karena sering diperlakukan sebagai anak yang berada pada pihak yang salah.
5. Interaksi dengan orang lain
yang terkait bagaimana interaksi dengan orang lain akhirnya membentuk persepsi psikologis bahwa dirinya termasuk orang yang tidak bisa bekerja.
Persoalan etika yang potensial selalu melekat dalam setiap bentuk komunikasi antar pribadi sehingga komunikasi dapat dinilai dalam dimensi benar-salah, melibatkan pengaruh yang berarti terhadap manusia lain, sehingga komunikator secara sadar memilih tujuan-tujuan tertentu yang ingin dicapai dan cara-cara komunikasi guna mencapai tujuan tersebut. Apakah seorang komunikator bertujuan menyampaikan informasi, meningkatkan pemahaman seseorang, memudahkan keputusan yang bebas pada orang lain, menawarkan nilai-nilai yang penting, memperlihatkan eksistensi dan relevansi suatu persoalan sosial, memberikan sebuah jawaban atau program aksi atau memicu pertikaian-pertikaian etika yang potensial terpadu dalam upaya-upaya simbolik sang komunikator.
Demikianlah keadaannya pada sebagian besar komunikasi pribadi, baik komunikasi antara 2 orang, dalam kelompok kecil, dalam retorika gerakan sosial maupun dalam hubungan masyarakat Bahkan muncul ungkapan bahwa manusia adalah satu-satunya hewan, “yang secara harfiah dapat disebut memiliki nilai”. Lebih khusus lagi, barangkali esensi tertinggi manusia adalah homo ethicus, manusia adalah pembuat penilaian etika. Tetapi muncul pertanyaan, mengapa mempersoalkan etika dalam komunikasi antar pribadi? Jelas dengan menghindari pembicaraan mengenai etika dalam komunikasi, orang akan bersandar pada berbagai macam pembenaran :
a. Setiap orang tahu bahwa teknik komunikasi tertentu adalah tidak etis jadi tidak perlu dibahas.
b. Karena yang penting dalam komunikasi hanyalah masalah kesuksesan maka masalah etika tidak relevan.
c. Penilaian etika hanyalah masalah penilaian individu secara pribadi sehingga tak ada jawaban pasti.
d. Menilai etika orang lain itu menunjukkan keangkuhan atau bahkan tidak sopan.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULANPengelolaan Komunikasi antar pribadi dibutuhkan untuk mengatur kembali tatanan komunikasi antar pribadi sehingga menjadi lebih baik yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas komunikasi antar pribadi. Sebagian besar orang memiliki kesalahpahaman persepsi mengenai konflik. Mereka berpikir bahwa konflik itu buruk dan harus dihindari. Mereka memandang konflik secara negatif. Terkadang orang jugta berpikir bahwa konflik hanya menimbulkan frustasi dan tidak menyehatkan. Padahal koflik merupakan sesuatu yang menyehatkan kelompok, dimana kelompok dapat semakin berkembang dan jika konflik dapat diselesaikan dengan baik, maka keharmonisan anggota kelompok pun bisa menjadi lebih baik. Kesalahpahaman yang kedua adalah konflik terjadi karena antara individu tidak saling memahami. Dari pembahasan di atas kita dapat menyimpulkan bahwa :
1. Setiap hubungan antarpribadi mengandung unsur-unsur konflik, pertentangan pendapat, atau perbedaan kepentingan.
2. Konflik dapat menjadikan kita sadar bahwa ada persoalan yang perlu dipecahkan dalam hubungan kita dengan orang lain.
3. Konflik dapat menyadarkan dan mendorong kita untuk melakukan perubahan-perubahan dalam diri kita.
4. Konflik dapat menumbuhkan dorongan dalam diri kita untuk memecahkan persoalan yang ini selama ini tidak jelas.
3.2 SARAN
1. Mengatasi suatu konflik dapat diselesaikan melalui komunikasi yang lebih terbuka diantara kedua belah pihak agar konflik tersebut menemukan titik terang suatu permasalah.
2. Dalam menghadapi suatu konflik kita harus memiliki pertimbangan pengalaman dalam tahapan kehidupan.
3. Dalam menjalin suatu hubungan sosialisasi antar sesame kita harus selalu menjaga komunikasi antar sesama agar terhindar dari suatu konflik.
DAFTAR PUSTAKA
A.G. Lunandi. 1987. Komunikasi Mengena : meningkatkan efektivitas komunikasi antar pribadi. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.A. Supratiknya. 1995. Komunikasi Antarpribadi : Tinjauan Psikologis. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.
Fisher, Simon, et.al, 2000, Working With Conflict; Skills and Strategies for Action. London-New York: Zed Book Ltd.
Johnson, D.W. 1981, Reaching out. Interpersonal Effectiveness and Self-Actualization. Englewood Cliffs: Prentice-Hall.
Sholihan, dkk. 2007, Mengelola Konflik Membangun Damai, Teori, Strategi dan Implementasi Resolusi Konflik, WMC (Walisongo Mediation Centre) IAIN Walisongo, Semarang.
World Bank, 2009, Modul Conflict Resolution Training . PNPM Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
http://www.abacon.com/commstudies/interpersonal/inconflict.html
http://www.drbalternatives.com/articles/cc2.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar